5. Opera Indonesia
Oleh : Joko Santoso HP
Tags : Novel, Sastra, Politik, Korupsi
Terbit : Februari 2012
Tags : Novel, Sastra, Politik, Korupsi
Terbit : Februari 2012
Sinopsis :
Korupsi merajalela dari hulu ke hilir.
Ketika terpilih sebagai Presiden RI ke-7, Bro segera melaksanakan
program pemberantasan korupsi dengan cara yang tidak lazim: mewajibkan
seluruh pejabat publik dipasangi pemindai biometrik Chiphumzilla di
balik kulitnya. Dengan cara itu perilaku-uang mereka selalu terpantau
dan tertayang melalui monitor yang dipasang di seluruh Indonesia.
Sebuah pergulatan ego di tengah
konspirasi politik dari sosok seorang negarawan. Meretas wajah lain dari
reformasi dan memotret sisi buruk sejumlah aktornya. Kisah tentang
keteguhan hati, ketulusan cinta, dan pengorbanan.
Novel yang ditulis oleh seorang anggota
DPR-RI 2004-2009 ini menggambarkan carut-marut korupsi di tingkat atas
pemerintahan sehingga perlu dibaca oleh mereka yang mengaku mencintai
negeri ini.
“Novel ini ditulis pada saat Indonesia
digerogoti oleh gurita korupsi yang amat dahsyat. Belum tampak titik
terang kapan kejahatan luar biasa ini bisa dihalau keluar Nusantara.
Dengan menempatkan Bung Hatta sebagai idola, penulisnya masih punya
harapan bahwa masa depan Indonesia masih bisa diselamatkan oleh
anak-anaknya yang tidak hanyut dalam arus idealisme musiman.”
—Ahmad Syafii Maarif, budayawan
—Ahmad Syafii Maarif, budayawan
“Karya sastra tak jatuh dari langit
tetapi tumbuh dari belukar sosial. Novel ini lahir dari kecemasan akan
makin mengguritanya korupsi. Pesannya benderang: sapu kotor mustahil
mengenyahkan kotoran. Kita butuh pemimpin bersih-kuat—yang kita
rindukan, dan belum juga hadir.”
—Eep Saefulloh Fatah, pemerhati politik, peminat sastra
—Eep Saefulloh Fatah, pemerhati politik, peminat sastra
“Sebuah karya fiksi humaniora
sosial-politik yang memberi pencerahan kepada kami para mahasiswa. Bahwa
kita semua berhutang kepada republik ini… dan bahwa untuk menjadi
pemimpin dibutuhkan kesediaan yang luar biasa untuk berkorban. Sebuah
novel yang patut dibaca oleh anak-anak muda.”
—Ethos Naemo, mahasiswa/the next actor
—Ethos Naemo, mahasiswa/the next actor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar